World Meteorological Organization atau Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan tahun 2019 kemarin temperatur bumi rata-rata menempuh rekor tertinggi kedua dalam sejarah.
Suhu panas tertinggi yang pernah tercatat di dunia ialah di tahun 2016.

Organisasi berbasis di Jenewa, Swiss, hal yang demikian mengumpulkan data dari beragam pengevaluasian di dunia, di antaranya yang dikumpulkan Badan Angkasa Luar milik Amerika Serikat, atau NASA dan Data dari Kantor Cuaca Inggris.
Menurut WMO, semua penduduk dunia semestinya bersiap-siap menghadapi temperatur udara yang lebih panas dan dapat mengakibatkan petaka, seperti kebakaran semak yang terjadi di Australia.
Data yang disimpulkan WMO menampilkan temperatur global di tahun 2019 ialah 1.1 derajat Celcius di atas sebelum industri revolusi.
Angka ini kemudian dianggap sebagai angka yang aman.
Hasil gambar untuk cuaca ekstrem di australia kemarin
“Kita akan menghadapi temperatur yang lebih ekstrem di sepanjang tahun 2020 dan juga selama sebagian dekade akan datang disebabkan gas rumah kaca yang ada di atmosfer,” kata Sekjen WMO, Petteri Taalas seperti dikutip dari ABC Indonesia, Sabtu (18/1/2020).
“Australia sudah mengalami tahun paling panas dan paling kering dalam sejarah di tahun 2019, membuat terjadinya kebakaran semak yang sudah memakan korban demikian itu banyak orang, properti, satwa liar, ekosistem dan lingkungan.”
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim sudah menyebabkan cuaca betul-betul buruk seperti gelombang panas di Eropa di tahun 2019, serta badai topan yang pernah menghantam Kepulauan Bahamas di Karibia dan menewaskan sedikitnya 50.
Mengurangi Bahan Bakar Fosil
Suhu Gelombang Panas Mesir 45 Derajat, 21 Lansia Meregang Nyawa
Dalam kesepakatan yang dicapai di Paris tahun 2015, dunia menyetujui untuk mengurangi pengaplikasian bahan bakar fosil, sehingga pemanasan global tak melebihi 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.
Di atas angka hal yang demikian, pemanasan global akan menyebabkan terumbu karang di dunia musnah dan juga melelehnya lapisan es di Kutub Utara.
Melainkan WMO mengatakan kalau dunia tak menjalankan apa saja, karenanya temperatur dunia dapat naik antara 3 hingga 5 derajat Celcius.
Baca: Keadaan Cuaca Yang Ekstrem di Australia Tahun Ini
Amerika Serikat, sebagai negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia, serta produsen minyak dan gas besar, sudah menarik diri dari Perjanjian Paris tahun lalu.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump meragukan pendapat para ilmuwan mengenai pemanasan global.
Melainkan dalam pertemuan dengan wartawan hari Rabu via video, para ilmuwan Amerika Serikat mengatakan data yang ada menampilkan adanya pemanasan global.
Suhu terpanas tercatat dalam sejarah sebelumnya ialah di tahun 2016, dikala terjadinya fenomena cuaca yang diketahui dengan nama El Nino, yang membuat temperatur permukaan laut naik 1.2 derajat Celcius.
Baca: Pentingnya Pemakaian Weather Station di Bidang Pertambangan
“Di masa depan, kemungkinan yang terjadi ialah El Nino yang lebih panas dibandingi sebelumya,” kata ilmuwan WMO, Omar Baddour.
“Kita sudah semestinya mengibarkan bendera merah (tanda bahaya) sekarang.”



